Selasa, 16 November 2010

TEORI KETERGANTUNGAN


Teori ketergantungan mucul sekitar tahun 60-70an, terutama di daerah Amerika Latin yang amat miskin, ya...seperti negara kita juga. Dalam pembagian secara geografis yang dirumuskan oleh Dos Santos (1970), negara-negara “barat” ditempatkan dalam pusata yang disebut sebagai negara dunia ke-1 yang sudah mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan. Di pinggirannya, ditempatkan negara-negara dunia ke-3 yang masih miskin dan tergantung kepada negara-negara dunia ke-1, negara dunia ke-3 tumbuh hanya sebagai refleksi perubahan pada negara-negara dominan (Peet, 1999:107). Negara dunia ke-3 bahkan tidak bisa disebut sebagai negara berkembang lagi, bahkan Andre Gunder Frank menyebutkannya sebagai pembangunan yang terkebelakang. Menurut teori ini, keterbelakangan semacam terjadi karena destruksi yang disebabkan oleh faktor eksternal ; penjajahan yang brutal, kontrol kolonial, penguasaan manusia, sumber daya, dan surplus-surplus negara dunia ke-3 oleh kapitalis.
Teori ketergantungan berangkat dari dua aliran yaitu kapitalisme monopoli yang dikembangkan oleh neo-Marxsis; menyatakan bahwa korporasi besar selalu mengambil alih dan menguasai perusahaan kecil. Monopoli yang mereka lakukan mengontrol kompetisi, mereka menerima kelebihan-kelebihan surplus, dan membuat masyarakat menjadi tergantung mengkonsumsi produk mereka, dan menyebabkan stagnasi ekonomi. Kedua, adalah aliran kritis yang dikembangkan oleh para ekonom radikal dari Amerika Latin. Mereka adalah orang-orang semacam Cardoso, Frank, Dos Santos, dan Raul Prebisch. Negara-negara terkebelakang, menurut Frank, merupakan negara yang mempunya dualisme struktur yaitu sektor tradisisonal dan modern. Tentunya, modernisasi yang ”dipaksakan” oleh barat menyebabkan keterbelakangan dalam tradisioanalitas mereka. Institusi-institusi ekonomi, politik, sosial, dan budaya pada negara-negara dunia ke-3 pun telah ”dirasuki” oleh kapitalisme yang menyebabkan mereka miskin. Kapitalisme yang dikembangkan oleh korporasi internasional, nasional, bahkan lokal hanya memberi keuntungan bagi sebagian kecil pihak dan... keterbelakangan untuk lebih banyak lagi.
Bukan hanya di Amerika Latin, sebagian besar masyarakat dunia yang tergolong pada negara dunia ke-3 megalami keterbelakangan dan stagnasi ekonomi...bahkan kemunduranyang disebabkan oleh sistem yang dikuasai oleh kapitalis. Perusahaan-perusahaan multinasional yang merupakan kapitalis itu; seperti Exxon Mobil, Ford, Drimler Chrysler, General Motor, Wal-Mart ; memiliki penghasilan sama dengan penghasilan kotor (GDP) dari 182 negara di dunia. Perusahaan-perusahaan itu dimiliki oleh negara-negara maju Eropa, Ameruka Serikat, dan Jepang. Lucunya, merekalah negara-negara yang membuat keputusan-keputusan dalam kebijakan WTO yang tentunya memihak perusahaan-perusahaan tersebut. WTO??? World Trade Organization??? Organisasi berskala dunia yang melibatkan seluruh negara? Di bawah keputusan negara-negara kapitalis tersebut??? Menurut Arghiri Immanuel (1972), perdagangan internasional semacam ini akan menyebabkan negara kaya semakin kaya dan negara miskin semakin miskin. Di sana terdapat mobilitas modal internasional yang sempurna, sementara itu imobilitas tenaga kerja antara negara kaya dan negara miskin terjadi, belum lagi persoalan perbedaan UMR. Dari sini, muncullah tenaga kerja murah untuk menghasilan produk-produk masif yang hanya menguntungkan negara kaya, tentunya.
Negara-negara yang terbelakang mempunyai persoalan utama dalam teknologi, modal, dan sumber daya manusia, sehingga negara-negara ini harus menggantungkan diri kepada negara yang bermodal. Negara-negara dunia ke-3 tidak mampu menciptakan teknologi yang bisa memperkaya dirinya, sehingga kita perlu membeli dari negara-negara dunia ke-1 pemilik teknologi...padahal belum tentu kita membutuhkannya atau hanya sebagai false needs (kebutuhan palsu) yang dimasukkan paksa kepada kita melalui advertising yang persuasif. Akhirnya...masyarakat dunia ke-3 menjadi manusia satu dimensi yang hanya tahu bagaimana cara mengkonsumsi.
Teori dependensia ingin melepaskan negara-negara dunia ke-3 dari ketergantungan yang yang dibuat oleh para kapitalis. Keterbelakangan berarti kemiskian yang terbentuk dari sistem fasis yang menjarah dan menumpukkan kekayaan pada pemegang kekuasaan dan segolongan kecil orang. Kapitalis dan negara saat ini sedang berjalan berpegangan tangan untuk memonopoli social wealth. Apa yang perlu dilakukan? Frank memberikan pilihan : underdevelopment or revolution? Revolusi ini dapat dimaknai sebagai proses individual dan kolektif dengan mengambil kembali apa yang telah diambil dari kita, menemukan kembali kekuatan kita, dan menemukan kreativitas kita bersama-sama. Bagaimana caranya supaya negara-negara dunia ke-3 tidak terbelakang? Ya...itu dia, seperti kata Sukarno, ”berdikari”, mandiri, self reliance, D-I-Y (Do It Yourself)...
Pada kenyataannya, negara pun masih bergandengan tangan dengan kapitalis... Mereka tentunya akan dihajar habis-habisan oleh negara-negara adikuasa yang sudah menyiapakan pisau beberapa sentimeter dari leher negara, jika menentang. Negara rupanya terlalu pengecut untuk menolak para kapitalis multinasional yang kurang ajar itu, penolakan rakyat (yang tidak didengar) dibalas keji. Bagaimana supaya mandiri? Buat orang-orang yang ingin do it yourself... negara adalah musuh. Kita tidak mau tergantung kepada negara yang juga bergantung. Jika kita merujuk pada teori ketergantungan, kita dapat melihat kelemahannya bahwa teori ketergantungan hanya memperhatikan persoalan ekonomi semata. Persoalan budaya dan politik kurang diperhatikan, padahal negara dunia ke-3 memiliki dualisme struktur yang membutuhkan perhataian budaya yang lebih. Dengan D-I-Y sebagai solusi anti ketergantungan, Anarki bisa menjadi jawaban...

0 komentar:

Posting Komentar