Jumat, 24 Desember 2010

KONFLIK AGRARIA DAN REAKSI PETANI


Konflik agraria terjadi ketika subsistensi petani sebagai pengelola sumber daya agraria berikut pola penguasaannya terancam dengan tergangguanya tata produksi oleh intervensi capital ke dalam masyarakat. Aksi protes, kekerasan dan perusakan terhadap produk capital merupakan cara manifest yang akhir-akhir ini mewarnai peta konflik agraria di Indonesia.
Intervensi system kapitalisme ke pedesaan telah menimbulkan benturan dan begitu banyak perubahan di semua aspek kehidupan petani. Konflik, kesenjangan social, dan munculnya reaksi atau gerakan petani merupakan beberapa indicator atau gejala terjadinya perubahan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa gerakan adalah sebuah reaksi terhadap suatu perubahan.
Keadaan petani di Indonesia cenderung berada pada lingkup petani subsisten daripada komersil. Reaksi spontan petani mempertahankan diri dari kekuatan yang mendominasi disebut sebagai gerakan defensif. Manifestasi konflik yang muncul merupakan cerminan dari tujuan sederhana petani menyelamatkan hidupnya.

Reaksi Petani : Defensif atau Reformatifkah?
Pola perlawanan petani pada masa colonial berdeda dengan pola perlawanan petani yang terbentuk pada masa pascakolonial. Kalau pada masa colonial, upaya petani adalah untuk mendapatkan kembali lahan-lahan yang dikuasai pemerintah colonial dan dengan segala keterbatasannya berjuang bahu-membahu bersama dengan elite local desa dan kelas menengah melawan colonial, pada masa pascakolonial upaya tersebut secara politis memiliki bentuk lain yang lebih ekstrim. Hal ini menimbulkan suatu reformasi tanah pertanian secara besar-besaran melalui program land reform.
Sementara, pada masa Orde Baru perlawanan dan kerusuhan petani timbul lebih sebagai upaya petani mempertahankan diri dari ancaman kehilangan lahan yang hendak diambil para pemodal daripada aksi memperoleh tanah-tanah dengan bagian yang lebih besar dari yang sudah dimliki seperti yang terjadi pada masa-mmasa sebelumnya.
Sikap reformatif petani atas tanah-tanah ada pada masa colonial dan pada masa pascakolonial, sedangkan reaksi defensive petani cenderung ditemukan pada masa feodalisme dan Orde Baru.

0 komentar:

Posting Komentar